Resensi Novel "Ayah Menyayangi Tanpa Akhir"

“Ayah Menyayangi Tanpa Akhir”


Cover Asli Novel  

Cover Novel 
Sesudah difilmkan



Identitas Buku
Judul Buku : Ayah Menyayangi Tanpa Akhir
Pengarang : Kirana Kejora
Penerbit : Zettu
Tahun Terbit : Cetakan 1, 2013
Jumlah Halaman : 372
Genre : Fiksi berlatar belakang kisah nyata



Pada saatnya kita memang harus sendiri

Arjuna Dewangga yang biasa dipanggil Juna, seorang pemuda yang tampan dan cerdas seorang mahasiswa Fakultas Farmasi di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Yogyakarta tak menyangka jatuh cinta kepada seorang wanita asal Jepang yang menjalani pertukaran pelajar ke Indonesia dan sedang melakukan penelitian, wanita itu adalah Keisha Mizuki. Setelah berapa lama mereka menjalin hubungan akhirnya Juna memutuskan untuk menikahi Keisha walau pada saat itu umur mereka masih terbilang muda yaitu 19 tahun. Keputusan tersebut mendapat pertentangan dari sahabat Juna dan Keisha yaitu Dean dan Rosa serta keluarga dari kedua belah pihak. Keluarga Juna tidak setuju karena Keisha adalah perempuan Jepang, Negara yang pernah menjajah Indonesia dan telah membuat ayah dari Ibunya Juna tewas di medan perang dan sebagai keluarga keraton Juna pun harus menikah dengan wanita pilihan ibunya yang sebanding derajatnya dengan keluarga mereka. Sedangkan Keluarga Keisha pun tidak menyetujui hal tersebut karena kelurga mereka sangat tidak menyukai segala hal yang menyangkut dengan Indonesia. Walau tanpa restu dari keluarga, mereka melangsungkan pernikahan di salah satu Masjid dekat rumah kotrakan Juna.

Selang beberapa bulan mereka menikah, Keisha hamil dan juga melahirkan anak laki-laki tampan yang mereka beri nama Rajendra Mada Prawira. Rasa bahagia itu pun diikuti rasa amat terpukul dan sedih yang dirasakan Juna karena beberapa saat selang Mada lahir Keisha pergi menghadap Sang Pencipta. Juna menjalani perannya sebagai single parent dan mengurus sang buah Hati dengan penuh kasih sayang dengan dibantu oleh Mbok Jum dan Pak Ri. Mada kecil seringkali merindukan kehadiran sosok ibunya dan kerap melakukan hal yang aneh seperti mengirim surat untuk mendiang ibunya melalui kantor pos. Hal itu kadang membuat Juna kerap sedih. Seiring makin dewasanya Mada, dia kini sudah mengerti dengan kondisi yang dialaminya dan bahkan pernah dia menawarkan kepada ayahnya agar mencari pendamping baru sekaligus ibu baru untuknya tetapi Juna menolak. Dean sahabat Juna dari masa kuliah dulu pun seringkali mencoba mengenalkan wanita untuk sahabatnya itu. Tetapi Juna pun menolak dan tetap pada pendiriannya. Dia amat mencintai mendiang istrinya, Keisha. Dia setia dan percaya akan cinta sejati yang mereka miliki.

Juna amat menikmati perannya sebagai single fighter. Juna yang super sibuk ini pun tetap menyempatkan waktu liburnya untuk sang jagoannya yaitu Mada. Dikamus hidup Juna, dia tidak mau hari liburnya dipakai untuk bekerja. Ayah dan anak ini seringkali menghabiskan waktu libur mereka berdua. Juna dan Mada adalah ayah dan anak yang sangat kompak, hobi dan selera musik mereka pun sama. Juna dan Mada kerap menghabiskan waktu luang mereka untuk sekedar berlibur di Villa Juna ataupun menyalurkan hobi mereka terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan mobil dan balapan. Juna pun kerap menebus rasa bersalahnya karena kesalah fahaman dengan anaknya dengan hal-hal yang disukai Mada. Kebahagiaan itu pun seolah luntur saat Juna mengetahui bahwa Mada mengidap Kanker otak stadium lanjut. Awalnya Juna tidak mempercayai pernyataan Dean sahabatnya sekaligus dokter yang memeriksa Mada bahwa Mada mengidap kanker dan menolak semua upaya penyembuhan Mada karena bagi Juna, Mada tidak kenapa-kenapa. Tetapi Dean berhasil menyadarkan dan meyakinkan Juna bahwa harus ada upaya yang harus dilakukan untuk menolong Mada. Lalu kedua sahabat ini yang merupakan seorang dokter dan apoteker menggerakkan segala upayanya untuk menyembukan Mada.

Pada hari itu tepat ulang tahun Mada yang ke 17, dia meminta hadiah dari ayahnya yaitu turun ke sirkuit balapan. Dengan terpaksa Juna mengabulkan permintaan Mada dan mereka pun segera meluncur ke lokasi sirkuit yang telah dipilih Mada. Dengan wajah gembira dan memperlihatkan bahwa dia sehat, dia melajukan mobil dengan cepat dan dengan handal Mada sanggup membawa mobil tanpa tergelincir. Sebagai ayah, Juna sangat bangga dan senang dengan kemampuan jagoannya yang luar biasa dan sejenak melupakan penyakit yang di derita anaknya. Tikungan demi tikungan,tanjakan demi tanjakan terlampaui dengan lancar,mulus dan sempurna hingga mobil mecapai garis finish. Juna menepuk bahu kiri Mada dengan mantap, mereka menaiki podium yang sudah di siapkan lalu membuka tutup botol champagne dan sesekali mengabadikan momen itu memalui kamera hpnya Juna. Dengan tersenyum lepas Mada merangkul erat ayahnya. Namun beberapa menit kemudia, Juna merasakan keheningan yang teramat senyap. Tak terdengar tawa Mada. Dan segera dia menoleh ke bahu kirinya yang terasa berat. Mada nampak terkulai lemas menyandarkan kepala ke bahu ayahnya. Juna kaget dan shock melihat kondisi Mada. Juna sontak menjatuhkan botol champagne dan mencoba membangunkan anaknya. Mada diam seribu bahasa, wajahnya pucat, namun menyiratkan senyum, matanya sayu dan terkatup pelan di pangkuan Juna yang histeris menjerit, memanggil nama Mada.

Sirkuit Rorotan Kirana Legacy, tempat terakhir mereka menjalani kebersamaan. Mada kembali ke Sang Pemilik sesungguhnya menyusul almarhumah Ibunya yang selama ini dia rindukan.


Pesan Moral :
Rasa sayang dan cinta orangtua terutama Ayah itu amatlah besar dan tiada akhirnya, walau beliau seringkali sibuk dengan pekerjaannya dan juga terkadang melarang sesuatu hal dan memarahi kita itu semua bukan tanpa alasan. Tapi itu semua karena Ayah sayang kepada kita dan demi kebaikan kita sendiri. Seorang Ayah ataupun orangtua akan berbuat apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya yang dia sayangi dan cintai. Kita selaku anak harus selalu menghormati dan menyayangi Ayah dan juga Ibu kita, buat mereka bangga dan meneteskan air mata kebahagian dan kebanggaan karena keberhasilan kita. Terimakasih untuk seluruh Ayah dan juga Ibu di seluruh dunia, terimakasih atas kasih sayang dan segala upaya yang dilakukan selama ini untuk membesarkan kami, anak-anak kalian yang kerap masih membuat kalian kesal,marah,pusing,sedih bahkan meneteskan air mata karena sikap kami.. Dinna Mohua H.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fauna & Flora Khas Indonesia

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan