Fenomena Selebgram

Selebgram?

Tidak bisa dipukiri lagi bahwa dengan kekuatan sosial media semua orang bisa terkenal, tak lain juga dengan Instagram yang bisa melibatkan follower  atau orang – orang yang tertarik untuk melihat akun instagram anda, seiring seseorang memiliki muatan foto ataupun video singkat yang tergolong menarik maka tidak heran lagi mereka akan lebih banyak follower.

Menjadi terkenal bukan lagi menjadi hak eklusive para artis di tv ataupun majalah, tetapi orang awam seperti anda yang didepan layar computer dan smartphone juga bisa. Karena itu orang yang bukan artis tetapi terkenal karena account instagramnya memiliki banyak follower akan disebutkan Selebgram (Selebritis Instagram).




Biasanya konten-konten yang disajikan selebgram di akun instragramnya antara lain yaitu video-video lucu, video cover lagu ataupun cover tarian (dance cover), tapi tak jarang juga beberapa dari mereka menyajikan foto-foto yang menunjukan gaya hidupnya atau foto-foto dirinya yang glamor dan penampilan yang terbilang berani, ataupun video kegiatan dirinya bersama teman-teman atau kekasihnya yang juga cukup berani dan kurang baik untuk dilihat anak-anak kecil pengguna instragram.

Beberapa waktu lalu terdapat dua selebgram yang dilaporkan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) ke Keminfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) karena konten-konten yang ada di instragram miliknya.

Sebenarnya apa dampak psikologis dari fenomena ‘selebgram’ ini?

Seiring perkembangan jaman, kini pengakses atau pengguna sosial media tak hanya dari kalangan orang dewasa atau remaja saja, bahkan kalangan anak-anak yang masih bersekolah dasar saja sudah menggunakan sosial media salah satunya yaitu instagram. Dari konten-konten yang disajikan para selebgram tersebut anak-anak kecil pengguna instragram ini bisa menjadikan panutan atau contoh untuk dirinya sendiri, jika konten itu berisi hal yang positif maka bagus untuk si anak. Namun jika konten tersebut berisikan hal yang negatif atau tidak seharusnya dilihat para anak kecil tersebut maka hal ini tidak baik.
  


Jika mereka melihat kehidupan yang glamor dan cara berpakaian yang terbilang berani dari para selebgram tersebut maka anak-anak tersebut akan mengikuti dan menganggap bahwa kehidupan selebgram tersebut sebagai ‘life goals’. Anak-anak yang terbiasa mendengar kata-kata kasar bahkan ‘gaya berpacaran’ beberapa selebgram yang termasuk berani untuk diperlihatkan kepublik akan merasa bahwa hal tersebut adalah wajar dan menjadi hal yang terkesan ‘goals’ bagi mereka. Konten-konten tersebut merubah pemikiran mereka tentang gaya hidup dan gaya bahasa yang menurut mereka keren dan bagus untuk ditiru. Hal ini yang tidak baik untuk pola fikir atau mindset si anak, mereka terbiasa melihat hal-hal yang glamor dan yang tidak seharusnya dilihat untuk usia mereka. Jika mereka terbiasa dengan hal seperti itu dari kecil, maka bagaimana saat mereka beranjak dewasa? Bagaimana pola fikir dan gaya hidup mereka?

Maka dalam hal ini peran orang tua sangatlah amat penting, orang tua harus mengontrol dan mendampingi anak-anaknya dalam penggunaan gadget dan sosial media. Untuk para selebgram juga alangkah lebih baiknya untuk memfilter konten-konten yang ada di akun instagramnya dan tidak berbahasa yang kurang baik dilihat atau didengar dan ingat bahwa kini pengguna instagram tidak hanya dari kalangan dewasa atau remaja, namun dari kalangan anak-anak.

Hal tersebut juga menimbulkan pro dan kontra. Namun terlepas dari pro kontra atau hal negatif dari fenomena selebgram tersebut juga tak jarang terdapat hal positifnya, tergantung konten yang disajikannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fauna & Flora Khas Indonesia

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan

Resensi Novel "Ayah Menyayangi Tanpa Akhir"