Mitos yang ada di daerah Bogor

"Mbah Jepra"


Makam Mbah Jepra di Kebun Raya Bogor







Bila anda berkunjung ke Kebun Raya Bogor, cobalah berkelana sedikit ke bagian sebelah Utara. Disana , di bawah pepohonan besar terdapat sebuah situs makam tua. Situs ini ramai dikunjungi oleh banyak peziarah baik dari dalam maupun luar Bogor. Situs makam ini dikenal sebagai makam Mbah Jepra.
Sebenarnya di dalam kompleks makam ini bukan hanya terdapat satu makam. Terdapat 3 makam di dalam kompleks makam Mbah Jepra ini. Yang dua posisinya agak berdampingan. Yang satu lagi posisinya agak terpisah dan menjorok ke bukit yang ada di dekat kompleks.
(Saya akan memakai nama situs ini sebagai makam Mbah Jepra sebagaimana dikenal di masyarakat Bogor)
Ketiga makam yang terdapat disini dipercaya sebagai makam tiga tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Sunda Pajajaran yang ber-ibukota di Bogor. Yang pertama dipercayasebagai makam Ratu Galuh Mangku Alam, istri kedua dari sang Baduga Raja, Prabu Siliwangi. Kemudian yang berada hampir berdampingan adalah makam Mbah Ba’ul, sang Patih Kerajaan. Yang terakhir, yang agak terpisah adalah makam Mbah Jepra sendiri, sang Panglima Perang Kerajaan,
Situs makam ini ditemukan pada tahun 1946 oleh seseorang bernama H. Rahmat. Pada tahun 1978 dilakukan renovasi terhadap makam. Meskipun berada di dalam Kebun Raya Bogor, situs makam ini terlepas dari pengelolaan LIPI.
Saya menyebutkan pada paragraf awal bahwa banyak peziarah datang kesini. Memang demikian adanya. Hal tersebut sudah terjadi sejak lama. Bahkan pada saat pertama kali saya menginjak Bogor tahun 1978 hal tersebut sudah terjadi.
Peziarah datang kesini bukan hanya di pagi hari tetapi juga pada malam hari. Bahkan tidak jarang ada yang menginap di dalam kompleks makam.
Tujuannya bermacam mulai dari hanya sekedar berdoa, minta jodoh sampai meminta kenaikan jabatan. Konon banyak pula pejabat yang berkunjung kesini untuk meminta “berkah” agar jabatan mereka langgeng.

Mitos atau bagian dari sejarah? 

Tentu bagi yang mempercayainya maka pertanyaan tersebut akan dianggap bodoh. Tentu saja karena mereka mempercayainya. Ketika saya baru pertama tinggal di Bogor pun saya mempercayainya.

Hanya saja setelah dewasa timbul beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut seperti
1)  Mengapa LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) tidak mengelola situs makam tersebut? Bila secara arkeologis memang terbukti bahwa makam tersebut berusia +- 600 tahun (kerajaan Pajajaran ada di abad ke-15)
2)  Bagaimana situs makam Mbah Jepra yang ditemukan pada tahun 1946 bisa langsung diputuskan sebagai makam dari tokoh-tokoh penting tersebut? Bagaimana cara menelitinya? Siapakah H. Rahmat itu (yang disebutkan di berbagai tulisan mengenai makam Mbah Jepra sebagai kakek dari juru kunci makam)
3)  Literatur penelitian arkeologis yang manakah yang membuktikan hal tersebut? Apalagi bila diingat dua pemerintah kolonial masa lalu memakai Istana Bogor yang hanya sepelemparan batu dari situs tersebut. Tentunya seharusnya ada literatur yang berkaitan dengan teori tersebut.
Walaupun demikian, disisi yang lain yang menentang dan tidak mempercayainya tidak memiliki bukti untuk membantah. Tidak ada yang bisa membuktikan bahwa situs makam Mbah Jepra bukanlah seperti yang dipercaya.
Posisinya sebenarnya masih dalam status quo alias masing-masing pun belum bisa membuktikan arti keberadaan situs makam Mbah Jepra. Apakah harus dimasukkan ke dalam versi mitos atau urban legend atau dimasukkan dalam buku sejarah ?
Dari sudut pandang yang lain, keberadaan situs makam tersebut membawa kebaikan tersendiri. Ada kebaikan ? Banyak orang enggan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik di Kebun Raya Bogor. Kebun yang indah ini secara “tak langsung” dijaga dari tindakan-tindakan orang tak bertanggung jawab.
Di sisi yang lain, kemisteriusan situs makam Mbah Jepra menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Entah bagi orang yang percaya atau tidak, situs ini mengundang orang untuk memperdebatkannya. Rasa penasaran akan mendorong untuk melihatnya. Pengunjung ke Kebun Raya semakin banyak dan hasilnya akan memberi dana bagi pemeliharaan Kebun Raya Bogor.
Dilihat dari kepercayaan dan mitos secara mulut ke mulut. Mitos ini termasuk ke legenda atau cerita rakyat sekitar atau termasuk mitos yang berkembang secara turun temurun dan dari mulut ke mulut.
Sumber: http://lovelybogor.com/mbah-jepra-bogor/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fauna & Flora Khas Indonesia

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan

Resensi Novel "Ayah Menyayangi Tanpa Akhir"